Perjalanan yang menyenangkan. Adam a.s merasa sangat bahagia karena Allah telah menerima tobatnya. Akan tetapi, kehidupan dunia adalah kehidupan yang melelahkan. Dan kehdupan melelahkan itu telah di mulai.
Jika sebelumnya, ketika masih di surga, Adam dan Hawa tidak pernah mengenal yang namanya lapar dan dahaga, maka di bumi, lapar dan dahaga adalah naluri perut manusia. Adam merasakan perut mereka sakit sekali. Adam sampai tidak bisa berjalan, bahkan tidak bisa tidur. Kepalanya seakan berputar dan kedua matanya tidak lagi dapat melihat dengan baik.
Malaikat Jibril turun dan Adam mengeluhkan apa yang ia rasakan itu kepadanya Jibril pun menjelaskan,
“Itu namanya lapar, Adam”
Adam bertanya keheranan, “Lapar?! Lantas apa yang mesti aku perbuat?”
Jibril menjawab, “Berdo’alah kepada Allah agar berkenan memberimu makan dan mengenyangkanmu.”
Seketika air mata Adam menetes di kedua pipinya. Ia teringat kembali dirinya di dalam surga dapat makan buah dari pohon-pohon yang ada disana dan minum airnya. Duhai kenikmatan yang telah hilang! Duhai kebahagiaan yang telah lenyap dan berlalu. Adam pun berdo’a kepada Rabbnya, begitu juga dengan Hawa. Suara perutnya yang lapar itu tidak juga mau berhenti, bahkansemakin keras dan terdengar jelas. Hingga rasa lapar itu berubahmenjadi pembunuh yang hendak menabut nyawa Adam dan Hawa. Mereka pun semakin bersungguh-sungguh dalam berdo’a dan menghiba kepada Allah.
Malaikat Jibril turun dengan membawa beberapa butir biji gandum. Ia kemudian berkata kepada Adam setelah meletakan biji tersebut di tangannya, “ini makananmu, wahai Adam. Inilah makanan yang telah mengeluarkanmu dari surga.”
Adama begitu bergembira. Ia berkata, “Bolehkah aku memakannya sekarang?”
Jibril menjawab, “Tidak, Adam. Tapi tanamlahbiji itu terlebih dahulu di tanah.”
Adam pun menaburkan biji gandum tesebut di tanah dan ketika itu juga Allah menumbuhkannya. Adam senang dan berkata kepad Jibril, “Bolehkah aku memakannya sekarang wahai Jibril?”.
Nanti dulu Adam, kata Jibril, Panenlah gandum itu terlebih dahulu.”
Adam berkata, “Bagaimana cara memanennya?”Malaikat Jibril kemudian mengajarkan kepada Adam bagaimana cara memanen gandum. Adam pun memanen biji gandumnya, sementara rasa lapar seakan hendak membunuhnya, tapi tidak ada cara lain baginya selain melakukan apa yang diperintahkan oleh maiakat Jibril.
Adam melihat Hawa yang menangis menahan rasa lapar. Maka ia pun semakin keras dalam bekerja sehingga berhasil menyelesaikan pekerjaannya memanen gandum tersebut. Ia kemudian memuji Rabbnya lalu berkata kepada Jibril, “Sekarang, aku dan Hawa sudah boleh memakannya kan?”.
Jibril menjawab, “Belum, kupaslah kulit gandum itu terlebih dahulu, lalu pisahkan gandum yang bisa dimakan dengan yang tidak bisa dimakan!”.
Adam Bertanya bagaimana caranya?
Dan Jibrilpun mengajarkannya, dan Adam pun melakukannya hingga selesai
Ketika Adam inngin memakannya, Jibril menghentikannya lagi, Jibril menyruh adam untuk menumbuk gandum terlebih dahulu dengan kedua batu penggiling ini, sambil menunjukan caranya.
Adampun langsung melaksanakannya hingga selesai.
Jibril berkata kepadanya, “Buatlah adonan dan api Untuk memasaknya”
Singkat Kisah, Adam pun selesai membuat Roti. Lalu Adam membawanya, sementara butir-butir keringatnya yang menetes hampir saja memadamkan api kerena begitu derasnya. Rasa lapar itu juga hampir membunuhnya dan air matanya juga begitu deras mengalir karena perasaan sedih yang begitu mendalam akibat dikeluarkan dari surga.
Lalu jibril, mempersilahkan Adam untuk memakan Rotinya, Sekarang, Silahkan, makanlah, Wahai Adam !, Adam lantas membawa Roti itu ke Hawa, dan keduanya pun, makan.
Hari-hari nan bahagia dan penuh kesenangan di surga itu kini telah berakhir dan berganti dengan hari-hari penuh derita di dunia. Keduanya tidak mungkin kembali lagi ke surga kecuali setelah meniggal dunia. Sungguh waktu yang panjang.
Keduanya beraktifitas di alam yang sepi nan luas ini. Berjuang keras tanpa ada orang lain membantu dan menolong. Allah kemudian menurunkan ajaran syariat kepada Adam.
Source : "Kisah Teladan Dalam Al-Qur'an"
Penulis: Public Relation PYI
Tags:
#2 - #Sejarah
#13 - Kisah