Sedekah menurut bahasa berasal dari kata shidqoh yang berarti benar. Para ulama menyebutkan orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Jadi sedekah adalah cara seseorang mewujudkan dan mencerminkan keimanannya.
Sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan orang lain termasuk kategori sedekah.
Untuk bersedekah tidak perlu menunggu kaya. Bersedekah tidak harus dikeluarkan dengan menarik tabungan, atau menarik uang yang telah dicadangkan untuk keperluan tertentu. Perhatikan contoh dari Rasulullah Saw.
Dalam hadits sahih Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: طَعَامُ الِاثْنَيْنِ كَافِي الثَّلَاثَةِ، وَطَعَامُ الثَّلَاثَةِ كَافِي الأَرْبَعَةِ. “(صحيح البخاري و مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: "Makanan untuk 2 orang cukup untuk 3 orang. Makanan untuk 3 orang cukup untuk 4 orang." (H.R Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits tersebut kita dapat mengambil contoh, bila memasak masakan maka hendak nya ditambahkan bahan yang sangat mungkin untuk ditambahkan tanpa meningkatkan harga masakan tersebut.
Misalnya bila memasak gulai perbanyak kuahnya, agar bisa berbagi dengan tetangga. Artinya kita bisa bersedekah berupa makanan dengan mengurangi sedikit jatah yang hendak kita makan untuk diberikan kepada orang lain.
BACA JUGA:
Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا أَبَا ذَرٍ، إِذَا طَبَحْتَ مَرَقَةٌ فَأَكْثِرُ مَاءَ الْمَرَقَةِ، وَتَعَاهَدُ جِيرَانَكَ، أَوِ اقْسِمُ فِي چيزانك."( الأدب المفرد قال الشيخ الألباني: صحيح)
Dari Abu Dzar berkata: Nabi Saw. bersabda: "Wahai Abu Dzar. Jika kamu memasak gulai, maka perbanyaklah kuahnya dan bagikanlah kepada tetanggamu." (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad. Sahih menurut Albani).
Bahkan Rasulullah juga memerintah kita untuk takut neraka meskipun dengan sepotong kurma. Bahkan jika tidak punya sepotong kurma atau tidak memiliki hal untuk disedekahkan, Rasulullah menyarankan kita untuk berkata yang baik.
عَنْ عَدِي بْنِ حَاتِمٍ، قَالَ: ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّارَ، فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ، ثُمَّ ذَكَرَ النَّارِ فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ، - قَالَ شُعْبَةُ: أَمَّا مَرَّتيْن فَلا أَشكُ - ثُمَّ قَالَ : "اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِق تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ تَحِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ.“ (صحيح البخاري)
Dari Adi bin Hatim r.a. berkata: Nabi Saw. menyebut-nyebut api neraka seraya membuang muka, kemudian Beliau Saw. bersabda: "Takutlah kamu sekalian kepada api neraka walaupun hanya dengan sepotong kurma, kalau tidak menemukannya maka hendaklah berkata yang baik." (H.R Bukhari).
Penulis: Public Relation PYI
Tags:
#4 - Program
#19 - wakaf
#79 - Sedekah
#114 - PantiAsuhan
#117 - PYI
#142 - SedekahOnline
#156 - SedekahSubuh
#161 - KenclengSedekah
#162 - KeluargaSedekah