Adab sedekah mengacu pada prinsip-prinsip dan tata krama yang baik yang harus diperhatikan dalam memberikan sedekah. Berikut adalah beberapa adab sedekah yang dianjurkan dalam agama Islam:
Ikhlas dalam bershodaqoh berarti bahwa niat dan tujuan seseorang dalam memberikan shodaqoh semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan membantu sesama, bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain.
Mendahulukan sedekah wajib (zakat) daripada yang sunnah adalah tindakan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib diberikan oleh setiap Muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Sedangkan shodaqoh sunnah adalah shodaqoh yang dianjurkan, tetapi tidak diwajibkan.
Memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Sedekah merupakan tindakan sukarela memberikan harta atau bantuan kepada mereka yang membutuhkan, dengan niat ikhlas mendapatkan ridha Allah SWT.
Dalam Surat At-Taubah ayat 60, Allah SWT menyebutkan pula delapan golongan penerima shodaqoh wajib dan sunnah, yakni orang fakir, miskin, pengurus zakat, mualaf, orang yang memerdekakan budak, orang yang punya utang, mereka yang di jalan Allah SWT, dan orang dalam perjalanan.
Sedekah dari hasil yang baik dan halal adalah prinsip penting dalam memberikan shodaqoh, Sebab diterimanya shodaqoh di antaranya berasal dari rezeki yang halal dan baik. Hal tersebut sesuai sabda Nabi SAW: "Tidaklah seseorang bersedekah dengan harta yang baik, dan Allah SWT tidak akan menerima kecuali yang baik-baik, melainkan Allah SWT akan mengambil dengan tangan kanan-Nya." (HR Ahmad, Nasa'i, Tirmidzi & Ibnu Majah, dari Abu Hurairah).
Kaum muslim yang menyembunyikan sedekahnya dikatakan lebih dekat kepada keikhlasan, juga dapat menjaga diri dan kehormatan orang yang menerima shodaqoh. Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 271 berfirman:
اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ٢٧١
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Tidak mengungkit penerima sedekah merupakan Adab yang sangat dianjurkan dalam bersedekah. Ini berarti tidak menyebut-nyebut dan menyakiti perasaan penerima, jika hal ini dilanggar, makan pahala shodaqoh yang kita peroleh akan dihilangkan.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 264:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ........... ٢٦٤
“Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir…..” (QS. Al-Baqarah:264).
BACA JUGA:
Laznas PYI Yatim dan Zakat: Sukses Gelar Program Qurban Untuk Negri 1444 Hijriyah
Setelah kita memberikan shodaqoh kepada penerima, sebaiknya kita tidak mengambilnya kembali. Bahkan orang yang melakukan hal tersebut diumpamakan seperti hadits Nabi SAW: "Perumpamaan orang yang bersedekah kemudian ia mengambil kembali sedekahnya seperti anjing yang memuntahkan sesuatu kemudian ia menjilat muntahnya untuk memakannya lagi." (HR Muslim, dari Ibnu Abbas).
Artikel ini telah tayang perdana di Pantiyatim.or.id (12/07/2023)
Penulis: Public Relation PYI
Tags:
#4 - Program
#9 - Zakat
#38 - anakyatim
#79 - Sedekah
#110 - MenyantuniAnakYatim
#117 - PYI
#123 - SantunanYatim